berpikir sejarah

1. Diakronik (Kronologis) 

Diakronik berasal dari bahasa Latin yaitu dia yang artinya melalui dan hronich yang artinya waktu. Menurut Galtung, diakronik berasal dari bahasa Yunani yaitu dia yang artinya melintasi atau melewati dan khronos yang artinya perjalanan waktu. Diakronik diartikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Konsep diakronik dalam sejarah berarti meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang terbatas.
 Model diakronik merupakan model yang dinamis, artinya memandang peristiwa dalam sebuah transformasi atau gerak sepanjang waktu.
  Adapun contoh topic sejarah yang diakronik, anatara lain sejarah Kerajaan Kutai (abad IV-XIV), sejarah Kerjaan Mataram Kuno (abad VIII-X), dan sejarah Kerajaan Demak (abad XV-XVI).
  Konsep diakronik memiliki keterkaitan dengan konsep kronologi. Dalam sejarah, kronologi dapat membantu proses re-konstruksi suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat.
  Arti sejarah mengajarkan cara berpikir kronologis adalah berpikir secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Kronologi sejarah diperlukan karena kajian sejara terdiri dari berbagai jenis peristiwa dalam bentuk berbeda. Setiap peristiwa perlu diklasifikasikan berdasarkan jenis dan bentuk peristiwanya, selanjutnya disusun secara runtut berdasarkan waktu berlangsungnya. Peristiwa disusun dari masa paling awal hingga masa paling akhir.
  Contonya seperti kronologi reformasi tahun 1998 yang disajikan secara kronologis dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, sejarahwan harus menentukan fakta penyebab, fakta peristiwa, dan fakta akibat. Dan harus menghindarkan anakronisme, yaitu penulisan tokoh dan peristiwa sejarah yang tidak sesuai.
Konsep diakronik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Mengkaji peristiwa sesuai berlalunya masa
b.      Menitikberatkan pengkajian peristiwa pada unsur sejarahnya
c.       Bersifat historis atu komparatif
d.      Bersifat vertikal
e.      Terdapat konsep perbandingan berdasarkan perkembangan zaman
f.        Memiliki cakupan kajian lebih luas

2. Sinkronik (Ilmu-Ilmu sosial) 

Dalam buku berjudul Penjelasan Sejarah, Kuntowijoyo menjelaskan bahwa konsep sinkronik mengutamakan penggambaran yang meluas dalam ruang dan tidak terlalu memikirkan dimensi waktu. Model sinkronik sering digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, ekonomi, agama, dan antropologi.
Menurut Sartono Kartodirdjo, ilmu sosial telah mengalami perkembangan pesat sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang berguna bagi analisis sejarah.
Peristiwa sejarah dalam sejarah umat manusia dapat menunjukkan perubahan kehidupan karena sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Berikut aspek-aspek yang pelu dicermati dalam cara berpikir sinkronik :
a.       Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan menjelaskan bagian perbagian
b.      Kerangka berpikr sinkronik mengamati kehidupan sosial secara luas berdimensi ruang.
c.       Menjelaskan struktur dan fungsi dari setiap unit dalam kondisi statis

       3. Perpaduan Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah
Pada dasarnya cara berpikir sejarah antara sinkronik dan diakronik saling melengkapi. Pembahasan secara diakronik memberikan pemahaman dinamis terhadap kehidupan sosial yang terus bergerak, berproses, dan bertransformasi. Adapun pemahaman secara sinkronik memberi pemahaman yang meluas.
Penggabungan cara berpikir sinkronik dan diakronik dapat menghasilkan pemahaman bukan hanya tentang apa yang terjadi, melainkan juga mengapa sesuatu terjadi. Tidak hanya menjelaskan keterkaitan antara bagian, tetapi juga urutan kronologis dan dinamis dalam kurun waktu tertentu.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar